Minggu, 05 April 2009

Instalasi Linux SuSE 10.2

TAHAPAN INSTALASI

  1. Masukkan DVD SuSE 10.2 dan setting komputer agar melakukan boot melalui DVD
  2. SuSE akan menampilkan halaman awal instalasi. Pilih Installation. Pada proses ini sebenarnya kita bisa memilih sumber instalasi, tapi karena kita install dasar dan saya menggunakan DVD, saya tinggal next. Kalau install dari sumber lain, tekan F4 pada bagian ini.
  3. Proses pertama adalah melakukan loading kernel
  4. Proses load kernel secara lengkap bisa dilihat dengan menekan tombol Esc.
  5. Berikutnya adalah memilih bahasa
  6. Setelah memilih bahasa, SuSE menampilkan pilihan Perjanjian Lisensi. Baca baik-baik, pilih I Agree... dan klik Next
  7. Tahap berikutnya adalah mode instalasi. Jika harddisk yang kita gunakan pernah diinstalasikan SuSE atau Linux lain, kita bisa memilih opsi lain. Karena ini adalah instalasi pertama, pilih saja default New Installation. Klik Next.
  8. Setelah mode instalasi, wizard berikutnya menanyakan Clock & Time Zone. Pilih Time Zone Asia | Jakarta [sesuaikan dengan daerah waktu anda. Saya berada di wilayah Indonesia bagian barat / WIB sehingga memilih Jakarta]. Untuk waktu, bisa memilih UTC (Coordinated Universal Time, GMT) atau Local Time. Saya memilih local time karena saya memang hanya bekerja di di Jakarta, tidak / belum memerlukan informasi waktu secara internasional. Klik Next.
  9. Langkah selanjutnya, memilih desktop environment. Bisa memilih Gnome bisa juga memilih KDE [Kool Desktop Environment]. Jika menggunakan SuSE dikhususkan untuk server, saya menyarankan menggunakan pilihan Other dan memilih Text Mode, namun bagi anda yang baru kali ini melakukan instalasi Linux, saya lebih menyarankan menggunakan KDE atau Gnome. Text Mode sangat ringan, namun seperti namanya, tidak menggunakan grafik. Bagi administrator atau IT yang biasa bergelut dengan sistem Windows baik server maupun klien, gunakan saja desktop KDE atau Gnome. Kebutuhan pilihan Text Mode akan datang dengan sendirinya jika anda sudah merasakan kehebatan
    tools administrasi Linux berbasis Text.
    Banyak orang sampai terus menerus membandingkan antara KDE dan Gnome mau pilih yang mana. Buat saya pribadi, pilihan tersebut hanya sekedar pilihan. Keduanya sama baiknya. Sama powerfulnya. Silakan pilih yang disuka. Tutorial saya menggunakan Gnome, meski untuk beberapa aplikasi saya menggunakan tools native KDE.
  10. Setelah memilih desktop environment, SuSE akan menampilkan pilihan setting instalasi. Ada 2 tab pada posisi ini, yaitu Overview, berisi pilihan utama dan Expert untuk setting yang lebih lengkap. Kedua pilihan pada dasarnya sama, hanya saja Overview menampilkan setting utama dan menyembunyikan setting yang kelihatannya terlalu rumit. Minimal buat
    pemula, yang perlu disetting ya hanya 2 jenis, yaitu pilihan partisi dan pilihan software. Pilihan partisi ini sangat penting, mengingat banyak pemula dalam mengenal Linux pertama kali sering merasa bingung pada istilah partisi yang sedikit berbeda dengan partisi model Windows.
    Proses instalasi desktop sebenarnya hanya cukup memiliki 2 partisi, yaitu partisi utama alias / (slash) atau root directory dan partisi swap. Partisi utama atau root directory bisa diumpamakan (meski tidak 100% analog) sebagai drive C [System] pada Windows.
    Partisi utama bisa terdiri dari berbagai folder. Jangan dibingungkan dengan istilah folder root. / memang disebut root directory. Namun user root (user root = user Administrator pada Windows) juga memiliki folder dengan nama /root. Jika saya menulis /root, itu berarti folder milik user yang bernama root, sedangkan kalau saya menyebut root directory, itu merujuk pada /.
    Folder milik user (home directory) biasanya berada pada directory /home. Ini bisa diumpamakan sebagai Document & Setting. Khusus user bernama root, home directory-nya bernama /root. Alasan mengapa user khusus ini memiliki folder yang berbeda adalah karena root harus memiliki hak penuh terhadap seluruh folder. Penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini akan coba saya turunkan pada artikel lain atau bisa juga langsung di search di Google.
    Anggap ini baru pertama kali melakukan setting, jadi kliklah Link Partitioning
  11. Saat link Partitioning di klik, SuSE akan menampilkan model partisi yang direkomendasikan. Ada 4 pilihan yang tersedia, yaitu :
    ● Accept Proposal
    Berarti anda menyetujui model partisi otomatis yang dilakukan oleh SuSE.
    Jika anda memiliki harddisk kosong, pilihan ini bisa dipilih. Biasanya SuSE
    menyediakan partisi besar untuk /home [sebagai tempat penyimpanan
    data], partisi yang cukup besar untuk / dan partisi kecil untuk swap.
    Untuk Server dan untuk pengetahuan kita, saya tidak memilih model ini.
    Kita akan pilih cara yang lebih susah, namanya juga mau jadi
    Administrator Linux, hehehe...
    ● Base Partition Setup on this Proposal
    Pilihan ini berarti kita mendasarkan setup melalui pilihan yang disediakan
    oleh SuSE. Kalau pilihan pertama kita langsung menyetujuinya tanpa
    syarat, pilihan ini memberikan kita kesempatan untuk mereview dan
    merubah pilihan yang disediakan oleh SuSE.
    ● Create Custom Partition Setup
    Pilihan ini yang akan kita pilih karena memberikan kebebasan
    menentukan partisi.
    ● Create LVM Based Proposal
    Pilihan partisi kita akan menggunakan model LVM (Logical Volume
    Manager). LVM akan saya bahas selengkapnya dilain waktu.
  12. Pilih Create Custom Partition Setup dan klik Next Pada pilihan ini kita dapat memilih partisi apa saja yang kita buat dan berapa besarnya.
  13. Pada gambar berikut, pilih Create
  14. Pilih Primary Partition
  15. Pertama kali yang kita buat adalah partisi untuk /.
    Pada gambar berikut, pilih :
    - Mountpoint : /
    - Filesystem : Ext3 (default)
    - Start Cylinder : 0 (default)
    - End : +XXGB
    Untuk End, Jika kita ingin memberikan 40 GB pada partisi root, ketikkan +40G
    atau +40GB. Setelah selesai, klik OK dan ulangi untuk partisi lain. Khusus untuk partisi swap, kita tidak perlu melakukan setting mount point karena akan secara otomatis
    dibuatkan saat kita mengganti FileSystem = Swap.
    Jika melakukan setting untuk server dan memiliki kapasitas disk dalam jumlah besar atau disk lebih dari 1, kita dapat memisahkan partisi home dengan partisi / dan partisi lainnya. Untuk sementara kita gunakan 3 partisi standar, yaitu /, home dan swap. Berbagai literatur menyarankan agar partisi untuk / kecil saja namun berdasarkan pengalaman pribadi, kita bisa sengsara :-P kalau memberikan partisi / dengan kapasitas yang terlalu kecil. Partisi non root dapat dengan mudah kita perbesar dan perkecil namun partisi root jauh lebih sulit. Jika saya memiliki harddisk 40 GB, saya akan berikan partisi root sebanyak 30 GB, partisi swap sebanyak 1.5 X RAM dan sisanya untuk Home. Formasi ini berlainan jika saya menggunakan partisi khusus untuk /opt atau /var atau partisi lainnya, namun yang jelas 70 hingga 80% kapasitas akan saya berikan untuk folder /. Jika menginginkan partisi dalam bentuk lain, silakan sesuaikan dengan apa yang diinginkan.
  16. Setelah selesai melakukan setting partisi, klik Accept. Kita akan kembali ke menu awal.
  17. Kita bisa memilih aplikasi apa saja yang akan diinstall dengan melakukan klik pada bagian Software namun biasanya masing-masing aplikasi memiliki dependensi. Kita bisa mengurangi software yang tidak perlu setelah kita install, kecuali kita bisa memastikan secara pasti apakah kita memang benar benar tidak menginginkan suatu software. Klik Accept untuk memulai proses instalasi. Oh ya, Jika kita penasaran pada pilihan lainnya, kita boleh kok klik tab Expert :-).
  18. Sebelum memulai proses instalasi, OpenSUSE akan menanyakan persetujuan kita pada lisensi non opensource. Ini biasanya dilakukan jika kita mengikutsertakan file-file propietary seperti Adobe Acrobat Reader atau Flash Player. Klik saja I Agree.
  19. OpenSUSE akan meminta konfirmasi instalasi. Klik Install
  20. Hal pertama yang dilakukan oleh OpenSUSE adalah instalasi partisi. Keep relax :-).
  21. Kemudian melakukan format harddisk
  22. Berikutnya mulai melakukan instalasi aplikasi. Kita bisa memilih tab Details jika ingin tahu aplikasi apa saja yang sedang menjalani proses instalasi.
  23. Menjelang selesai instalasi dasar, OpenSUSE akan menyelesaikan proses, melakukan restart dan meneruskan proses instalasi. Pada posisi ini, biarkan OpenSUSE melakukan booting secara otomatis. Jangan khawatir, proses instalasi akan dilanjutkan secara otomatis.
  24. Setelah selesai melakukan instalasi, tahap selanjutnya adalah memberikan password untuk root. Root adalah user yang akan bertindak sebagai administrator sistem.
  25. Tahap berikutnya adalah memberikan nama (host name) untuk komputer yang diinstalasi. Masukkan hostname dan domain name. Saya menonaktifkan pilihan “Change Hostname via DHCP” karena saya ingin nama komputer bersifat statik.
  26. Tahap berikutnya adalah setting hardware. Disini kita bisa memilih beberapa pilihan sebagai berikut :
    • Network Mode, apakah kita akan mengaktifkan Network Manager atau mau secara manual ? Jika kita memiliki lebih dari satu network card, gunakan pilihan manual. Network Manager memudahkan kita dalam melakukan pengecekan koneksi jaringan.
    • Firewall, diaktifkan atau tidak. Default = aktif. Pilihan saya adalah disable :-). Jika ingin menjadikan komputer kita sebagai server, aktifkan pilihan ini, namun jangan lupa untuk selalu melakukan setting tambahan yang memperbolehkan akses melewati firewall jika akan melakukan setup sistem.
    • Ipv6, default diaktifkan. Biarkan pilihan ini
    • Network Interface, kita bisa melakukan setting IP, netmask dan gateway serta DNS disini. Lihat contoh berikut (saya menggunakan contoh IP : 192.168.0.100) :
    • DSL, ISDN dan Modem, sesuaikan dengan kondisi. Ini bisa dilakukan nanti melalui YAST.
    • VNC bisa diaktifkan jika kita menginginkan akses remote terhadap komputer yang sedang diinstall.
    • Setup Proxy, jika sudah ada Proxy Server.
      Kalau semua sudah disetting, pilih Next. OpenSUSE akan melakukan penyimpanan setting.
  27. Tahap berikutnya, OpenSUSE akan mengetes koneksi internet dan melakukan download update. Hal ini bisa dilakukan nanti. Pilih No, Skip this test, kemudian Next.
  28. OpenSUSE akan mendaftarkan repositori agar kita bisa melakukan update langsung melalui internet. Ini bisa dilakukan nanti, kita bisa mencatat alamatnya. Kalau mau dilakukan sekarang juga tidak masalah. Silakan pilih yang kamu suka, hehehe... Untuk mempercepat, saya menghilangkan pilihan repositori (karena saya akan menggunakan repo dari DVD) dan kemudian memilih No pada pilihan Register the sources now ?
  29. OpenSUSE akan meminta metode authentikasi. Karena saya menggunakan untuk lokal, saya memilih local (/etc/password). Jika nanti menginginkan model authentikasi lain, kita bisa mengubahnya kok.
  30. Akhirnya, tahapan instalasi selesai sudah. OpenSUSE menampilkan halaman release notes yang berisi informasi tentang OpenSUSE dan beberapa informasi penting jika melakukan instalasi ini. Apakah sudah selesai, eit tunggu dulu. Klik Next dan kita akan melakukan deteksi hardware.
  31. OpenSUSE akan melakukan deteksi graphic card (VGA), Printer, Sound Card dan beberapa hardware penting. Sepanjang pengalaman saya, OpenSUSE mendeteksi hardware dengan sempurna. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah resolusi layar yang ada pada deteksi Graphic Cards. Pastikan ini sesuai dengan resolusi yang diinginkan. Kita bisa memilih Test the Configuration untuk mengetesnya. Ingat, jika kita hanya menyediakan resolusi 800X600, pilihan pada desktop nantinya hanya setinggi itu. Jika kita menginginkan resolusi layar 1024X768, ubah resolusinya sekarang dan lakukan test
    konfigurasi. Kita bisa mengubahnya nanti menggunakan SAX2 tapi jauh lebih sulit.
  32. Sekarang OpenSUSE benar-benar selesai melakukan instalasi.
  33. Klik Finish. OpenSUSE akan melakukan proses start untuk pertama kali (biasanya tidak perlu reboot).

Download tutorial lengkapnya disini....!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar